Langsung ke konten utama

Usaha Budidaya Jamur Tiram di Rumah yang Menguntungkan

Budidaya Jamur Tiram di Rumah

Saya sempat mengembara ke mana-mana untuk menghidupi keluarga. Untunglah, saya kemudian mengenal budidaya jamur tiram. Hidup saya perlahan-lahan terangkat," kata ayah tiga anak itu. Begitu mengenal budidaya jamur tiram, Moh. Basori belajar secara serius bagaimana membudidayakan jamur tiram di daerah Malang, Solo. Yogyakarta, dan Mojokerto. Setelah menguasai cara memelihara jamur tiram, Moh. Basori kemudian memulai usaha untuk menekuni bisnis jamur tiram. "Semula saya memelihara jamur tiram sejumlah 2.000 polibeg di rumah. Ternyata usaha saya ini berjalan dengan baik. Pesanan jamur tiram dari konsumen terus mengalir," ujar aktivis Lembaga Pembangunan dan Pengembangan Pertanian NU (LP2NU) Tulungagung itu.

Basori kemudian mencoba mengembangkan budidaya jamur tiram di daerah pegunungan di Kecamatan Sendang. Dia bekerja sama dengan warga setempat. "Di sana saya mencoba 2.000 polibeg dan ternyata sukses. Produknya belum sampai saya lempar ke daerah lain sudah habis di beli warga setempat. Sekarang saya sedang berusaha menambah usaha saya di sana," imbuhnya. Basori juga mengembangkan usaha jamur tiram di daerah Malang sebanyak 2.500 polibeg. "Daerah Malang kan dingin, sehingga cocok untuk budidaya jamur tiram," ujarnya.

Minat pasar terhadap jamur tiram, juga melonjak pesat, kata Basori. Jamur tiram dikonsumsi secara luas, mulai dari kalangan bawah hingga atas. "Saya justru kewalahan melayani pesanan," katanya.

Harga jamur tiram memang tak seragam, karena sangat tergantung lokasinya. Di daerah Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Kediri harga jamur tiram sangat beragam mulai dari 20 ribuan perkilonya. Selain melayani kebutuhan masyarakat setempat, Basori rutin memasok jamur tiram di toko swa layan yang ada di Blitar dan Tulungagung.

"Saya sebenarnya banyak menerima pesanan dari orang-orang di Surabaya, Yogyakarta, Solo, dan Jakarta.

Tapi kapasitas produksi dari kebun jamur tiram saya masih belum mencukupi. Saya masih terus berbenah diri. Saya sekarang terus membina para petani untuk membudidaya kan jamur tiram. Untuk menjadi petani jamur tiram me mang memerlukan waktu agar benar-benar bisa menguasai, sehingga tak gagal dalam berusaha," imbuhnya.

la katakan, LP2NU Tulungagung pernah memberikan kursus serta pelatihan kepada 160 petani agar mahir membudidayakan jamur tiram. Namun untuk mencetak petani yang benar-benar menguasai budidaya jamur tiram memang tak segampang membalik telapak tangan. "Saya sendiri tutornya. Bahkan, mereka praktik lapangan di kebun saya. Tapi ya itu, mereka masih perlu waktu dan belajar terus-menerus agar bisa menguasai budidaya jamur tiram," ujarnya.

Jamur tiram, di Jepang populer dengan nama Shimeji, merupakan salah satu jamur kayu. Di daerah Cina, Jepang, dan Korea, jamur ini banyak digemari masyarakat. Jamur ini bisa dikonsumsi untuk sayur. Makanan tambahan maupun obat. Secara alami, jamur ini tumbuh di hutan dengan ketinggian 800-1200 m di atas permukaan laut. Tabib tabib Cina, Jepang, dan Korea menganjurkan pasiennya untuk mengkonsumsi jamur ini guna pengobatan berbagai macam penyakit. Ekstrak Shimeji White mengandung zat antikanker dan zat penguat kekebalan yang sangat ampuh untuk mengobati berbagai macam penyakit. Selain merupakan sumber protein dan gizi yang tinggi, jamur tiram mempunyai khasiat meningkatkan stamina tubuh, menjaga kebugaran agar awet muda, dan menetralisir berbagai macam racun.

Selain dibuat sari atau ekstrak, jamur tiram sangat lezat bila disajikan dalam berbagai menu seperti pepes, digoreng, diorak-arik, dadar gulung, dibuat sop dan lain-lain. Selain membudidayakannya sendiri, Basori juga melayani pesanan bibit dan memberi pelatihan cara membudidaya kan jamur tiram. "Saya memang punya obsesi untuk terus membesarkan usaha ini. Beberapa waktu lalu ada eksportir yang menghubungi saya dan ingin memesan jamur tiram untuk ekspor. Tapi saya masih belum sanggup me menuhinya. Ya itu tadi, untuk kebutuhan lokal saja masih kewalahan," ujarnya. 

Apa saja yang harus Anda ketahui ketika ingin memulai usaha budidaya jamur tiram ini? Baiklah kali ini findira akan menjelaskan beberapa poi  penting yang harus Anda ketahui seperti, lahan yang dibutuhkan, peralatan, bahan baku, teknik budidaya jamur tiram, dan analisa usaha yang di perlukan dalam menjalani bisnis ini. 

Baca juga : Peluang usaha untuk modal 1 jutaan

LAHAN YANG DIBUTUHKAN

Untuk membudidayakan jamur tiram, boleh dibilang gampang-gampang susah. Paling tidak jika ingin membudidayakannya diperlukan bangunan untuk:

  • Ruang persiapan, biokulasi, inkubasi, dan penanaman. Ruang persiapan merupakan tempat pembuatan media tanam yang meliputi kegiatan pencampuran bahan, pewadahan, dan sterilisasi. Ruang persiapan dapat berfungsi pula sebagai tempat penyimpanan bahan baku. 
  • Sementara itu, ruang inkubasi merupakan ruang untuk menanam bibit pada media tanam. Ruangan ini harus mudah dibersihkan dan disucihamakan untuk menghindari terjadinya kontaminasi mikroba maupun bakteri yang lain. Usahakan agar ruangan tidak terlalu banyak ventilasi dan tertutup kasa untuk menghindari serangga atau debu. Semprotkan alkohol 70-96 untuk mensterilkan ruangan. 
  • Ruang inkubasi merupakan ruangan untuk menumbuh kan spora jamur pada media tanam yang sudah diinokulasikan. Ruangan jangan sampai terlalu lembab, Usahakan agar suhu udara berkisar antara 22-28°C de ngan kelembaban antara 60-80 persen. Ruangan ini harus dilengkapi dengan rak-rak untuk tempat kantung media tanam yang sudah ditaburi benih jamur.
  • Ruang penanaman merupakan ruangan untuk menumbuhkan jamur. Ruangan ini dilengkapi pula dengan rak rak penanaman. Usahakan agar suhu pada kondisi antara 16-22°C dengan kelembaban 80-90 persen 

PERALATAN YANG DIBUTUHKAN

Cangkul, sekop, alat pensteril (semprotan alkohol sebelum pembibitan), sendok kecil, alat pemanas (tungku/kukusan/ langseng) untuk sterilisasi, drum untuk tempat sterilisasi media, karet gelang, kain perca, ring bambu sebagai penunjang media tanam dan kantung plastik sebagai wadah bahan dasar. Untuk kantung plastik pilihlah yang tebal, kuat, dan tahan panas sampai dengan suhu 100°C, dengan ukuran 0,3 x 15 x 27 cm. 

BAHAN BAKU

  • Serbuk kayu yang tidak mengandung minyak, zat pengawet alami dan tak bergetah seperti kayu akasia, randu dan meranti untuk media tanam. Usahakan serbuk kayu seragam dan diayak lebih dulu. 
  • Bahan tambahan meliputi bekatul atau tepung jagung, kapuk, dan tohor. Bekatul atau tepung jagung dari padi digunakan untuk meningkatkan nutrisi media tanam, karena merupakan sumber karbohidrat, karbon (C), dan nitrogen. Sebaiknya pilihlah bekatul atau tepung jagung yang masih baru, belum tengik dan tak rusak.
  • Kapuk bersih dan dicacah halus agar mudah dicampur dengan media lain.
  • Kapur tohor sebagai sumber kalsium (Ca), pengatur pH media dan meningkatkan mineral yang dibutuhkan dalam pertumbuhan jamur.
  • Bahan penunjang lain seperti TSP murni 0,5 kg, urea murni, hidrosil, alkohol, obat insektisida, dan gips.

TEKNIK BUDIDAYA

  • Serbuk kayu terlebih dahulu dijemur untuk membunuh bakteri dan sekaligus membersihkan kotoran, lalu dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan getah dan mi nyak. Caranya dengan menginjak-injak serbuk kayu di dalam air. Pada waktu pencucian, campurkan kapuk yang sudah bersih dan sudah dicacah kecil-kecil hingga merata. 
  • Masukkan serbuk kayu dan kapuk yang sudah tercampur ke dalam karung. Rendam dalam air sekitar air 60-70 persen dari media keseluruhan selama 12 jam.
  • Tiriskan serbuk kayu dan kapuk, lalu campur dengan bahan yang lain hingga merata. Usahakan agar tak ter dapat gumpalan, karena hal itu bisa mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan jamur.
  • Tutup bahan-bahan tersebut dengan plastik atau terpal selama 12 jam untuk pengomposan. Hasil pengomposan yang baik dengan indikasi adanya kenaikan suhu pada media menjadi sekitar 50°C. 
  • Kadar air harus diatur pada kondisi 50-70 persen dengan derajat keasaman (pH) antara 6-7. Untuk menentukan kadar air bisa dilakukan dengan cara mengepalkan adonan. Bila gumpalan mengeluarkan air, maka kandungan air dalam adonan terlalu tinggi. Adonan yang baik bila dikepal akan membentuk gumpalan dan mudah dipecahkan atau dihancurkan kembali. Derajat keasaman dapat diketahui dengan menggunakan kertas pH (lakmus). Keasaman yang terlalu tinggi atau rendah dari 6-7 akan menghambat pertumbuhan jamur.
  • Masukkan bahan-bahan itu ke plastik, padatkan. Satukan ujung plastik dengan memasang ring bambu kecil pada leher plastik. Pada lubangnya diberi sumbat be rupa kain perca/spon/kapuk yang semuanya harus bersih sehingga akan tampak seperti botol.
  • Masukkan plastik yang sudah berisi adonan ke dalam drum untuk proses sterilisasi. Tatalah sedemikian rupa agar isinya banyak Sterilisasi dilakukan selama 8-12 jam dalam temperatur 100-115°C. Caranya dengan menambahkan sarangan sebagai pembatas antara air dan media yang dibungkus plastik agar panas yang di timbulkan merata. Drum untuk proses sterilisasi diran cang seperti dandang 
  • Dinginkan bahan dalam plastik untuk proses inokulasi (pemberian bibit jamur) dengan menaburkan bibit pada media (adonan dalam plastik) yang sumbat dan ringnya telah dibuka. Setelah rata pada permukaannya, media ditutup kembali seperti semula untuk menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan spora jamur.
  • Simpan media dalam ruangan dengan suhu 22-28°C hingga seluruh media putih merata. Biasanya media akan tampak putih merata dalam tempo antara 40-60 hari setelah inokulasi. 
  • Jika seluruh media sudah tampak putih, bukalah penutup media agar bisa memberi oksigen yang cukup untuk pertumbuhan jamur. Tiga hari selanjutnya dan paling lama dua minggu setelah media dibuka biasanya akan tumbuh jamur. Biarkan pertumbuhan secara alami dan tunggu sampai tumbuh optimal dalam tempo dua hingga tiga hari. Kondisi yang baik pada masa penumbuhan jamur adalah pada suhu 16-22°C dengan kelembaban 80-90 persen.
  • Jika dalam jangka waktu dua minggu ternyata tak ke luar jamur, kemungkinan besar media itu mengalami kegagalan. Hal itu bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti perubahan suhu dan kelembaban, terlalu sering dipegang-pegang, bibit jamur yang kurang baik, media yang kurang baik atau kurang bersih dan sebagainya. Media yang gagal dapat diulang lagi dari tahap awal dengan mencucinya kembali. 
  • Pemanenan jamur dilakukan setelah kondisi jamur optimal, yaitu saat ukuran jamur sudah cukup besar dengan diameter rata-rata 5-10 cm. Pemanenan dilakukan pada pagi hari untuk mempertahankan kesegarannya. Teknik panen dilakukan dengan mencabut seluruh rumpun jamur yang ada, sehingga tak akan meninggalkan akar. nya yang bisa membuat buruk media. Jika media jadi busuk, jamur tak akan tumbuh lagi. 
  • Tutup kembali plastik yang berisi media yang jamurnya dipanen sudah dibersihkan, dengan cara melipatnya dan membalik media. Hal ini bertujuan agar spora jamur yang ada pada bagian bawah dapat ke permukaan dan tumbuh tinggi. Proses ini membutuhkan waktu satu hingga dua minggu sampai seluruh media berwarna putih, lalu buka plastiknya kembali. Maka, proses akan kembali lagi seperti masa sebelum panen. Hal ini bisa dilakukan berkali-kali bila dirasa media masih tetap baik.

Analisa Usaha

Asumsi dari faktor produksi adalah sebagai berikut:
  • Kumbung yang dibuat berukuran 6 m x 6 m tinggi 3 m dengan jumlah 2.500 baglog. 1 tahun membutuhkan 5.000 baglog.
  • Lahan budidaya milik sendiri.
  • Harga baglog Rp 4.000/buah (sudah termasuk bibit jamur).
  • Tingkat kehidupan jamur di baglog 95% dengan produksi jamur 0,8 kg per baglog.
  • Lama budidaya 5-6 bulan.
  • Harga jamur segar Rp 12.000/kg

1. Investasi

Pembuatan kumbung, pembuatan rak budidaya, tangki dan sprayee, blower, termometer & higrometer, peralatan tani. Total biaya Rp 7.050.000. Dengan masa pakai kurang lebih 48 bulan dengan biaya penyusutan Rp 150.694.

2. Biaya tetap

Jumlah pertahun dari biaya penyusutan dan pinjaman Rp 11.696.993.

3. Biaya variabel

Jumlah pertahun dari 2.500 baglog, pemeliharaan dan panen Rp 26.000.000.

Biaya operasional setiap tahun (2 periode) Rp 37.696.993.

4. Keuntungan

Produksi setiap tahun (2 periode) = 2500 baglog x 95% x 0,8 x Rp 12.000 x 2 panen = Rp 45.600.000.

Keuntungan = Penerimaan - total biaya
Rp 45.600.000 - Rp 37.696.993 = Rp 7.903.007.

5. R/C Ratio

R/C ratio = Pemasukan/total biaya = Rp 45.600.000/Rp 37.696.993 = 1,21

Berdasarkan hitungan R/C ratio lebih dari 1, dengan demikian usaha budidaya jamur tiram layak untuk dijalankan. 

6. Breakfast event poin (BEP) 

BEP Volume produksi = total biaya/harga jamur = Rp 37.696 993/Rp 12.000 per kg = 3.141 kg. 

Titi balik modal selama 1 tahun bila produksi minimal 3,141 kg. 

BEP harga produksi = total biaya/volume produksi = Rp 37.696.993/(4.750 x 0,8) kg = Rp 9.920/kg.

Titik balik modal selama 1 tahun bila hasil produksi dijual dengan harga Rp 9.920 per kg. 

Komentar

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 findira.com, All right reserved