Langsung ke konten utama

18 Jenis Kayu Mahal di Indonesia

Jenis kayu mahal di indonesia

Saat ini, kayu sangat dibutuhkan baik oleh industri besar bermodal lebih dari Rp 1 miliar sampai penggergajian pinggir jalan di kampung-kampung yang cuma bermodal Rp 30 jutaan. Sifat setiap jenis kayu berbeda. Sifat kayu terbagi menjadi dua, yaitu sifat fisik dan mekanik. Sifat fisik kayu mencakup bobot, berat jenis, keawetan, warna, tekstur, arah serat, akustik, nilai dekoratif, tingkat higroskopis, bau dan rasa, serta kesan raba. Sementara itu, sifat mekanik kayu antara lain keteguhan tarik keteguhan tekan, keteguhan geser, keteguhan lengkung, keteguhan belah dan tingkat keras kayu.

Deretan panjang industri menanti suplai kayu. Akan tetapi, tidak ada industri yang mau menerima semua jenis kayu. Spesifikasi kayu untuk kayu lapis tentu berbeda dengan korek api atau tusuk gigi. Jenis kayu untuk packing keramik dan palet atau tatakan barang dalam peti kemas tidak sama dengan bahan bangunan. Kayu berat dan kuat yang digunakan industri mebel jelas tidak cocok jika digunakan oleh pehobi aeromodelling. Selain itu, tidak ada industri pensil yang menggunakan kayu berurat indah. Ragam industri yang membutuhkan pasokan kayu sangat banyak, tetapi masing-masing mempunyai spesifikasi berbeda. Semua jenis kayu yang diusahakan pasti mempunyai pasar.

Tujuan kita menanam tanaman kayu adalah untuk menghasilkan uang. Oleh sebab itu, lakukan survey kecil-kecilan sebelum menanam jenis kayu tertentu. Gunanya untuk memastikan kayu yang ditanam berharga mahal dan ada pembelinya. Jika di sekitar lahan tidak ada penggergajian atau industri pengolah kayu, setidaknya pastikan ada lahan di sekitar yang juga menanam kayu. Samakan dengan jenis kayu di lahan tetangga agar memudahkan penjualan. Pemborong kayu biasanya membeli kayu dalam jumlah tertentu untuk menekan ongkos angkut. Setelah jumlah minimum tercapai, biasanya pemborong membawa truk sendiri. Berikut ini, findira ingin menjelaskan 18 jenis kayu komersial yang mempunyai harga mahal di Indonesia. 

Baca juga: Usaha yang berhubungan dengan pertanian

18 Jenis kayu mahal di indonesia

1. Jati (Tectona grandis) 

Jati memiliki beberapa nama daerah, yaitu deleg, dodolan, jate, jatih, jatos, kiati, atau kulidawa. Menurut kekerasannya, kayu jati tergolong tipe sedang  Kayu jati memiliki berat jenis rata-rata 0,7 dan tergolong ke dalam kelas awet I-III serta kelas kuat II. Kayu jati memiliki tekstur yang agak kasar dengan arah serat berpadu. Kayu jati jika diolah tergolong mudah dengan daya retak tergolong rendah. Umur pohon jati yang ideal untuk mendapatkan kualitas terbaik adalah di atas 40 tahun. 

Kecepatan tumbuh pohon jati relatif lambat sehingga densitas kayunya pun lebih baik. Untuk memperoleh diameter 40 cm dibutuhkan minimal 50 tahun masa tumbuh. Karakteristik kayu jati yang paling dikenal orang adalah keawetannya dan daya tahannya terhadap perubahan cuaca dibandingkan dengan jenis kayu lain. Selain itu, karakter dan warnanya memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itulah harga kayu jati lebih mahal. 

2. Sengon (Falcataria moluccana) 

Kayu sengon termasuk kayu kelas awet IV/V dan kelas kuat IV-V dengan berat jenis 0,33 (0,24-0,49). Kayunya lunak dan mempunyai nilai penyusutan dalam arah radial dan tangensial berturut-turut 2.5% dan 5.2% (basah sampai kering tanur). Kayunya mudah digergaji tetapi tidak semudah kayu meranti merah dan dapat dikeringkan dengan cepat tanpa cacat. Cacat pengeringan yang lazim adalah kayunya melengkung atau memilin. 

Kayu sengon memiliki kekuatan mekanis kayu yang cukup tinggi. Nilai modulus of elasticity (MOE) kayu sengon adalah 44,5 (x 1000) kg/cm2, sedangkan nilai modulus of rupture (MOR) kayu sengon adalah 526 kg/cm2. Kekuatan mekanis yang cukup tinggi menyebabkan kayu sengon baik sebagai bahan baku kemasan. 

3. Binuang (Duabanga moluccana dan Octomeles sumatrana) 

Warna kayu binuang beragam. Kayu teras binuang bini berwarna cokelat pucat, cokelat kekuning-kuningan sampai kelabu kecoklatan, kadang-kadang agak merah jambu. Batas agak jelas dengan kayu gubal yang berwarna putih sampai putih kekuning-kuningan. Kayu binuang bini memiliki tekstur yang agak kasar sampai kasar dengan arah serat berpadu. Permukaan kayu agak kesat pada bidang tangensial atau berselang-seling antara agak licin dan kesat pada bidang radial Kayu binuang bini memiliki berat jenis kering udara maksimum 0,48; minimum 0,16; dan rata-rata 0,33. Sifat kekerasan kayu binuang bini sangat lunak Kayu binuang bini termasuk golongan kelas awet V dan kelas kuat IV-V.

Kayu binuang banyak digunakan sebagai bahan bangunan, plywood (lapisan dalam), peti pembungkus, korek api, peti mati, pulp, kayu perkakas, tempat penyediaan beton, chipboard, dan kayu perkapalan.

4. Jabon (Anthocephalus spp.) 

Jabon merupakan salah satu komoditas unggulan kehutanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dalam jangka waktu lima tahun, diameter kayunya sudah mencapai 30-40 cm. Selain itu, jabon juga mudah dibudidayakan; memiliki banyak manfaat mulai dari kayu, buah, bunga, daun, kulit kayu, hingga akar, dan memiliki daerah penyebaran yang luas. Jabon adalah pohon yang tumbuh di wilayah Asia. Di Indonesia, tanaman ini tersebar secara alami di hampir seluruh pelosok Indonesia, mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

5. Pulai (Alstonia scholaris) 

Kayu pulai cukup lunak dan liat sehingga penebangan bisa dilakukan sepanjang musim dan sepanjang han. Kayunya memenuhi standar teknis sebagai bahan baku pensil. Pulai dapat tumbuh baik pada lahan kritis sehingga cocok untuk perbaikan kualitas lingkungan. Pulai Juga termasuk spesies cepat tumbuh. 

Kualitas kayunya tidak terlalu keras dan kurang disukai untuk bahan bangunan karena mudah melengkung jika lembap, tetapi banyak digunakan untuk membuat perkakas rumah tangga, ukiran, pensil, atau kerajinan patung. Pohon pulai memiliki kayu yang kurang awet, hanya memungkinkan untuk konstruksi ringan di dalam ruangan atau sebagai bahan pulp dan kertas. Di Jawa Barat kayu pulai adalah bahan baku utama untuk pembuatan wayang golek. 

6. Meranti (Shorea sp.) 

Nilai ekonomis kayu meranti bisa menjadi mahal jika penanganan pascapanen serta pengolahan kayunya baik. Kayu meranti banyak diminati sebagai bahan baku industri kayu lapis (plywood) dan bahan kontruksi bangunan. Sementara itu, produk non kayu berupa getah damar dan tengkawang menjadi komoditas ekspor yang sangat laku di pasaran, terutama untuk industri cat dan lemak tengkawang. Lemak tengkawang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan cokelat industri sabun dan lilin, serta sebagai bahan pembuatan margarin dan kosmetik. 

7. Kayu afrika (Maesopsis eminii) 

Kayu afrika merupakan salah satu jenis kayu yang pertumbuhannya cepat dan sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan bangunan dan mebel. Selain itu, kayu afrika banyak ditanam untuk dijadikan bahan palet dan kayu bakar.

Daunnya mengandung bahan kering mencapai 35% sehingga baik digunakan untuk pakan ternak karena menjadi mudah dicerna. Kualitas pulp yang dihasilkan kayu afrika sebanding dengan pulp yang dihasilkan jenis kayu keras lainya. Dalam sistem agroforestri (hutan rakyat produksi), kayu afrika menjadi penaung tanaman cokelat, kopi, kapulaga, dan teh. Selain itu kayu afrika juga menjadi tanaman pengendali erosi.

8. Gmelina (Gmelina arborea) 

Gmelina alias jati putih bukan asli Indonesia, tetapi dari India, Cina Selatan dan Indocina (Vietnam, Thailand, Laos Kamboja, dan Myanmar) dan termasuk tanaman penghasil kayu produktif. Jati putih ditanam sebagai tanaman pelindung dan sebagian besar dimanfaatkan sebagai tanaman komersial. Pekebun tertarik menanam kayu ini karena hampir semua bagian pohon laku dijual, mulai dari batang gelondongan, cabang, ranting, bahkan daun. Sebagai komoditas yang potensial, kayu jati putih banyak dipasok ke berbagai daerah di Indonesia. Tidak hanya untuk memasok pasar dalam negeri, kayu jati putih juga dikirim ke pasar luar negeri, contohnya pasar Jepang. Di Jepang, kayu jati putih diolah menggunakan teknologi tinggi sehingga menghasilkan cinderamata, aksesoris interior dan perabot rumah tangga. Jati putih tumbuh baik di daerah dengan musim kemarau basah maupun kering dan toleran curah hujan 800-4500 mm/tahun. Jati putih menyukai tanah yang agak liat dengan ketinggian 0-1000 m dpl. 

9. Kenanga (Canangium odoratum dan C. latifolium) 

Kenanga merupakan tumbuhan asli Indonesia yang penyebarannya sampai ke Cina bagian Selatan dan Australia bagian Utara. Kenanga merupakan penghasil kayu berkualitas baik, terutama untuk bahan perangkat audio (perangkat kedap suara) dan perkakas rumah tangga. Selain itu, kenanga juga terkenal sebagai tanaman yang menghasilkan minyak atsiri. Minyak atsiri dari bahan tanaman kenanga sudah lama menjadi salah satu komoditas andalan Indonesia. Bahkan, Indonesia sudah lama menjadi negara pengekspor minyak kenanga yang lebih dikenal dengan sebutan java cananga oil. Hingga ada pameo, kalau kita menanam kenanga, jangan diharapkan hasil bunganya. Anggap saja kita menanam kayu, tetapi sebelum kayu itu bisa ditebang akan menghasilkan bunga.

10. Midi (Melia azedarach) 

Kayu mindi terbukti baik sebagai bahan baku mebel kelas ekspor maupun domestik. Kayu sesuai untuk mebel karena bercorak indah mudah dikerjakan, dan dapat mengering tanpa cacat Sebagai bahan kayu yang mempunyai mozaik indah maka kayu mindi digunakan sebagai lapisan luar untuk produk triplek atau multiplek. Kayu mindi yang berukuran kecil dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat barang kerajinan. Jika dibiarkan kering alami dari kadar air 37% menjadi 15%, papan setebal 2,5 cm memerlukan waktu 47 hari dengan kecenderungan pecah ujung atau melengkung.

Selain kayu, daun dan biji mindi juga dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Ekstrak daun mindi dapat digunakan sebagai bahan untuk mengendalikan hama, termasuk belalang Kulit mindi juga berkhasiat obat anti cacing usus. Kulit daun dan akar mindi telah digunakan sebagai obat rematik, demam, bengkak dan radang.

11. Mahoni (Swieten ia macrophylla dan S. mahagoni) 

Mahoni merupakan salah satu jenis pohon hutan yang berasal dari Amerika Selatan khususnya Meksiko, sedangkan di Asia merupakan hutan tanaman dan banyak ditemukan di Indonesia. Mahoni tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai Bagi penduduk Indonesia khususnya Jawa, mahoni bukan lagi barang baru karena zaman penjajahan Belanda, pohon mahoni sudah banyak ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh di sepanjang jalan Daendels (Merak -Banyuwangi). Mahoni merupakan pohon penghasil kayu keras dan banyak digunakan untuk keperluan perabot rumah tangga barang-barang ukiran, dan kerajinan tangan. Pemanfaatan lain dari tanaman mahoni adalah kulitnya sebagai pewarna pakaian Kain yang direbus bersama kulit mahoni akan menjadi kuning dan tidak mudah luntur, Getah mahoni yang disebut blendok dapat digunakan sebagai bahan baku lem, sedangkan daun mahoni dapat digunakan untuk pakan ternak. 

12. Matoa (Pometia pinnata) 

Matoa adalah tanaman khas Papua dan termasuk famili Sapindaceae. Selama ini orang mengenal matoa berasal dari Papua, padahal sebenarnya pohon matoa tumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan dan Jawa pada ketinggian hingga sekitar 1.400 m dpl. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan >1.200 mm/tahun. Selain di Indonesia, pohon matoa juga tumbuh di Malaysia dan daerah tropis Australia Di Papua, pohon matoa bisa tumbuh sampai dengan keliling batang tiga kali pelukan orang dewasa.

Buah matoa saat ini telah menjadi buah komersial seperti rambutan duku, atau lengkeng yang telah dipasarkan di toko-toko buah di Jakarta dan Bogor dengan harga relatif mahal. Dengan demikian budidaya pohon matoa menjadi semakin menguntungkan. Pohon matoa dapat tumbuh tinggi dan memiliki kayu yang cukup keras. Kayunya bisa digunakan untuk bahan mebel atau kusen-kusen rumah, sebagai papan bahan lantai bahan bangunan perabot rumah tangga, jembatan, kayu perkakas, lantai, kayu perkapalan, papan, rangka pintu dan jendela. Kayu matoa juga memiliki tampilan yang cukup indah. 

13. Suren (Yoona sureni) 

Pohon suren termasuk ke dalam famili Meliaceae dan termasuk golongan spermatophyta, yaitu tanaman yang mampu menghasilkan biji. Kayunya dimanfaatkan antara lain untuk bahan bangunan, mebel, vinir, dan panel kayu. Kulit dan akarnya dimanfaatkan untuk bahan baku obat diare, ekstrak daunnya sebagai antibiotik dan bioinsektisida. Sementara itu, kulit batang dan buahnya dapat disuling untuk menghasilkan minyak asiri. Pohon suren memiliki tajuk yang tidak terlalu lebar sehingga pohon suren biasa digunakan sebagai tanaman pelindung atau pembatas di ladang dan sebagai windbreak di perkebunan teh.

14. Damar (Agathis lorantifolia) 

Pohon damar adalah sejenis pohon anggota tumbuhan Gymnospermae yang merupakan tumbuhan asli Indonesia. Damar termasuk salah satu famili Araucariaceae. Damar memerlukan naungan atau lingkungan yang sejuk saat tanaman masih muda (1-2 tahun). Nama damar sendiri diambil karena pohon ini memproduksi kopal (getah). Getah tersebut digunakan untuk cat, vemis spiritus, plastik, bahan sizing, pelapis tekstil bahan water proofing, tinta cetak dan lain sebagainya. Pohon damar digunakan sebagai pohon peneduh karena daunnya yang rimbun. Selain itu, damar juga digunakan sebagai penghias jalan karena jika pohon damar ditanam berjajar sesuai garis lurus, akan terlihat indah dan menarik. Di Indonesia penyebarannya cukup luas, yaitu di Sumatera Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Kayu damar bernilai tinggi terutama digunakan untuk pertukangan, pulp, dan kayu lapis. Kayu damar termasuk kelas awet IV dan kelas awet Ill, berat jenis kayu ± 0,49. Selain itu, pohonnya menghasilkan kopal, kecuali A. phillipinensis. Kopal tersebut digunakan untuk cat, vernis spiritus, plastik bahan sizing, pelapis tekstil, bahan water proofing, tinta cetak, dan sebagainya. 

15. Pinus (Pinus merkusii) 

Pinus adalah tanaman yang dimanfaatkan baik kayu maupun getahnya. Getah pinus mulai dapat diambil ketika pohon berumur 10 tahun. Untuk pemanfaatan kayu pinus sebagai bahan bangunan panen bisa dilakukan pada saat pohon pinus berumur 30 tahun dengan taksiran produksi sebanyak 238-322 m/ha. Sementara itu, untuk mendapatkan kayu pulp daur panen pinus dilakukan setiap 10-15 tahun. Pohon tua dapat menghasilkan 30-60 kg getah 20-40 kg resin murni, dan 7-14 kg terpentin/tahun. Dalam pengelolaan HTI pinus, sistem pemungutan hasil yang digunakan adalah Sistem Tebang Habis dengan Permudaan Buatan. 

Manfaat jenis pohon pinus cukup banyak. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan bangunan ringan, peti, korek api bahan baku kertas, dan vinit/kayu lapis. Pemanfaatan utama getah pinus di antaranya diolah menjadi gondorukem dan terpentin. Gondorukem digunakan sebagai campuran untuk batik tulis dan batik cetak kertas, serta bahan campuran pembuatan sabun, cat permis kertas, semir sepatu, isolasi alat listrik dan tinta cetak. Sementara itu, terpentin digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak cat, campuran bahan pelarut, industri farmasi minyak pelumas, dan bahan kosmetika. 

Gondorukem yang berasal dari Pinus merkusii memiliki karakteristik berbeda dengan gondorekum dari jenis pinus lainnya. Hal tersebut disebabkan gondorukem pinus mengandung mercusic-acid dan terpentinnya mengandung alpha pinene yang tinggi (80%) sehingga sangat cocok sebagal bahan baku industri aromatika dan desinfektan. 

16. Saniten (Castanopsis argentea) 

Kayu saninten lambat mengering sehingga bisa ditebang setiap saat. Teknik penebangan sama dengan jenis lain yaitu menggunakan takik rebah dan takik balas. Jika diolah lebih lanjut misalnya dikeringkan, kayu saninten lambat mengering karena mudah melengkung dan memilin, terutama kayu yang seratnya berombak atau tidak lurus. Jenis kayu ini harus dikeringkan secara hati-hati. Dalam pengeringan dengan dapur pengering, kayunya harus ditumpuk dengan baik. Karena sifat keras dan keawetannya, kayu saninten cocok untuk bahan bangunan, papan, jembatan, bak kayu, rangka pintu dan jendela, serta rangka atap.

17. Jelutung Rawa (Dyera polyphylla) 

Kayu jelutung rawa termasuk keras dan lentur sehingga tidak mudah pecah dan penebangan bisa dilakukan sepanjang tahun Teknik penebangan menggunakan cara standar, yaitu takik rebah dan takik balas. Berat jenis kayu jelutung 045 kg/cm, kekuatan lengkung statis 45 MPa, dan kekuatan menahan tekanan mencapai 27 MPa. Pemanfaaatan antara lain untuk bahan baku vinir, kotak kayu, panel, pensil, korek api, mebel dan kerajinan. 

18. Gempol (Nauclea orientalis) 

Tanaman siap panen di umur 7 tahun ke atas atau diameternya sudah lebih dari 30 cm. Akan tetapi, dengan perawatan yang intensif, ukuran panen bisa tercapai dalam lima tahun. Kayunya mudah kering sehingga sebaiknya ditebang di musim hujan atau pada pagi hari. Kayu dapat terserang blue stain. Setelah ditebang, kayu harus segera masuk pengolahan agar tidak rusak. Kayu gempol bersifat lunak dan mudah dipotong. Sifatnya tidak tahan lama bila terkena paparan cuaca sehingga tidak cocok untuk pemakaian luar ruang. Kayu dapat digunakan untuk kusen, lantai, interior, dan penggunaan lain yang langsung terkena panas dan hujan. Kerapatan kayu 560 kg/m.

Komentar

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 findira.com, All right reserved