Cara Mengubah Hutang Menjadi Aset

Cara Mengubah Hutang Menjadi Aset

Utang memang hampir pasti selalu dibutuhkan dalam dunia bisnis. Jika tidak berutang sementara modalnya tidak banyak, bagaimana bisa berkembang? 

Tetapi, bisa jadi juga utang sangat berbahaya jika ternyata kita tidak mampu membayarnya. 

Otomatis, tinggal menunggu waktu saja sampai usaha kita menjadi bangkrut.

Itulah yang menjadikan ada dua jenis pebisnis di dunia ini, ada pebisnis yang sangat berani berutang dan ada yang sangat anti terhadap utang. 

Keduanya memiliki sudut pandang berbeda, tetapi keduanya benar.

Sebenarnya, kalau bisa dikelola secara proporsional, utang bukanlah sesuatu yang terlalu menakutkan, tetapi juga tetap harus berhati-hati terhadapnya. 

Baca juga: Cara bersaing dengan kompetitor bisnis

Bagaimana Cara Mengubah Hutang Menjadi Aset? 

Bagi pengusaha yang baik dan sudah berpengalaman, mereka bisa mengubah utang menjadi aset, terutama aset yang produktif. 

Aset yang produktif adalah aset yang memberi penghasilan atau memberi keuntungan. 

Sebaliknya, aset yang tidak produktif adalah aset yang selalu menambah biaya pengeluaran.

Jadi, jika pebisnis berutang untuk membeli aset yang bisa menghasilkan, itu langkah yang cerdas karena apa yang dia beli bisa melakukan pembayaran angsuran sendiri. 

Misalnya, membeli mobil untuk disewakan, atau membeli bangunan untuk dijadikan kos atau hotel, dan lain sebagainya. 

Lihat, dia hampir tidak melakukan apa-apa, tapi semua angsuran bisa dibayarkan dari barang yang dia beli.

Akan tetapi, jika pebisnis berutang untuk tujuan konsumtif, itu bukan suatu keputusan yang bijak. 

Kadang ada pebisnis yang membeli rumah dan mobil mewah, tapi semua angsuran dilakukan oleh perusahaan. 

Itu benar-benar akan memberikan beban pada perusahaan dalam jangka panjang ketika pasar sedang lesu. 

Bayangkan, berapa puluh juta yang harus dibayarkan perusahaan demi memenuhi nafsu kemewahan pemiliknya? 

Kalau memang sanggup tentu saja tidak masalah. Kalau tidak sanggup?

Jadi, sebelum berutang, kendalikan dulu nafsu Anda untuk membeli harta yang bersifat konsumtif. 

Tunda dulu keinginan keinginan yang tidak menghasilkan penghasilan apa-apa. 

Lebih baik, bangun dulu kerajaan bisnis Anda dengan utang tersebut, toh jika nantinya bisnis Anda berkembang pesat, Anda juga bisa membeli yang Anda inginkan pada akhirnya.

Komentar

Baca Artikel Lainnya

Pertanyaan Tentang Segmentasi Pasar yang Belum Anda Tahu

Apa yang dimaksud dengan 5A dalam Skema Usaha Jasa Pariwisata?

Contoh Pembukuan Warung Sembako Dan Cara Membuatnya

Cara Menentukan Harga Jual Barang Sembako

Contoh Kasus Pemasaran dan Solusinya

9 Contoh Copywriting Produk Kecantikan yang Menarik Perhatian dan Bisa Meyakinkan Calon Pembeli

Warung Sembako Modal 5 Juta, Begini Rincian Modal Usaha dan Cara Memulainya

Contoh Bentuk Laporan Keuangan Perusahaan Perorangan yang Sederhana

18 Jenis Kayu Mahal di Indonesia

18 Game Android yang Menghasilkan Uang Asli Langsung ke Rekening Tanpa Modal