Langsung ke konten utama

Prospek Bisnis Ulat Sutra Alam

Prospek bisnis ulat sutra alam

Prospek bisnis ulat sutra alam - Bila dibandingkan dengan B. mori, secara ekonomi, usaha ulat sutera alam (A. atlas) sangat menguntungkan karena memiliki keunggulan tersendiri.

Keunggulan yang dimiliki A. atlas antara lain menghasilkan benang yang lebih panjang serta memiliki warna benang yang alami dan bervariasi. Seperti telah diulas pada bab sebelumnya, selain menghasilkan produk utama berupa benang sutera, A. atlas juga menghasilkan produk sampingan berupa floss, ngengat yang dapat dibuat menjadi berbagai souvenir, serta fesesnya yang dapat dimanfaatkan menjadi pupuk kompos. Bisnis ulat sutera alam merupakan peluang usaha yang saat ini masih belum ditanggapi secara serius.

Saat ini, budi daya A. atlas memang masih sangat terbatas karena budi dayanya masih sulit dilakukan dalam lingkungan terkontrol, padahal permintaan benang sutera liar sangat tinggi, terutama dari Jepang. Oleh karena itu, usaha ulat A. atlas memiliki prospek yang sangat baik.

Baca juga: Prospek usaha budidaya ikan konsumsi

Pemasaran Benang Sutera A. atlas

Pemasaran produk sutera A. atlas sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan ekspor dengan harga yang relatif tinggi dibandingkan dengan sutera B. mori. Berdasarkan informasi terbaru, harga kokon A. atlas berkisar Rp 50.000-Rp 60.000/kg, harga benang antara Rp1.000.000-1.500.000/kg.

Sampai saat ini, permintaan sutera A. atlas dari Jepang masih belum terpenuhi. Statistik perdagangan tahun 2008 mencatat bahwa Indonesia baru mampu mengekspor benang sutera A. atlas sebanyak 25 kg/bulan. Faktor lain yang juga mempengaruhi kendala ini adalah masih terbatasnya pelaku bisnis sutera alam ini. Salah satu perusahaan yang sudah lama bergelut dalam pengembangan sutera A. atlas adalah PT. Yarsilk Gora Mahottama, perusahaan milik keluarga Kesultanan Yogyakarta. Sejak tahun 1994, perusahan ini menggunakan sutera A. atlas sebagai bahan baku kain batik dan kerajinan lainnya dan produk sutera yang dihasilkan dikenal dengan nama Royal Silk. Untuk memenuhi selera konsumen Jepang, perusahaan ini melakukan inovasi produk dari sutera A. atlas, yakni dengan membuat pakaian tradisional kimono dan obi.

Berbagai produk lain yang dihasilkan dari benang sutera A. atlas adalah berupa kerajinan tangan (handicraft) seperti tutup lampu, lukisan dinding, dasi, taplak meja, dan produk lainnya. Kombinasi antara benang A. atlas dengan serat sutera dari jenis lain (Cricula trifenestrata) menghasilkan produk eksotik dengan variasi warna yang lebih menarik.

Pemasaran Produk Ikutan (By-Product)

Selain benang sutera sebagai produk utama, budi daya A. atlas juga menghasilkan produk ikutan (by-product) dan limbah berupa floss, kulit kokon, ngengat, dan kotoran/feses ulat.

Floss dapat diolah menjadi berbagai bentuk bunga berbagai warna. Satu rangkai bunga dari floss dapat dijual dengan kisaran harga Rp 20.000 - Rp 50.000 dan tas yang dihiasi dengan floss dapat dijual dengan harga Rp 50.000-Rp 75.000, tergantung dari ukuran dan desainnya. Ngengat (serangga imago) yang dibuat menjadi hiasan dinding dapat dijual dengan kisaran harga Rp 40.000-Rp 50.000. Sementara feses/ kotoran serta sisa pakan dari pemeliharaan ulat sutera liar dapat diolah menjadi pupuk kompos. Namun, sampai saat ini kompos yang berasal dari A. atlas belum menjadi komoditas konvensional karena penggunaannya masih terbatas.

Komentar

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 findira.com, All right reserved