Langsung ke konten utama

9 Jenis Ikan Laut Prospektif yang Bernilai Ekonomis

9 Jenis Ikan Laut Prospektif yang Bernilai Ekonomis

Beberapa ikan di bawah ini merupakan ikan yang sudah dibudidayakan, namun belum cukup populer, baik sebagai ikan budi daya maupun sebagai komoditas perikanan budi daya. Ikan tuna (Thunnus) adalah ikan populer, bernilai ekonomi tinggi dan merupakan komoditas ekspor penting di sektor perikanan, namun budi daya ikan ini belum berkembang di Indonesia. Sementara kerapu batik (Epinephelus microdon) merupakan ikan yang sudah dapat dibudidayakan, termasuk telah dibenihkan secara terkontrol, namun belum populer sebagai ikan budi daya. Demikian pula ikan-ikan lainnya. 

Ikan-ikan di bawah ini merupakan ikan yang prospektif menjadi ikan budi daya dan komoditas perikanan budi daya.

Baca juga: Analisa bisnis ikan laut

9 Ikan laut prospek yang bernilai ekonomis

1. Kerapu Batik

Kerapu batik (Epinephelus microdon) merupakan salah satu kerapu yang ditangkap dan dikonsumsi. Ikan ini juga diperdagangkan bersama dengan kerapu lain. Harga kerapu batik cukup tinggi antara Rp 150.000,00 Rp250.000,00/kg.

Kerapu batik juga dibudidayakan di KJA bersama dengan kerapu lainnya. Ikan ini telah berhasil dibenihkan secara terkontrol di BBRPBL Gondol Bali. Karena itu, peluang mengembangkan budi daya kerapu batik sangat prospektif. 

2. Kerapu Kertang

Kerapu kertang (Epineohelus hemiochus) merupakan salah satu kerapu unggul dibanding kerapu kerapu lainnya. Kerapu kertang tumbuh lebih cepat dibanding kerapu lainnya. Pertumbuhan kerapu kertang untuk mencapai ukuran 400-500 gr/ekor hanya membutuhkan waktu 4-5 bulan, sementara kerapu bebek (Cromileptes altivelis) membutuhkan waktu 14 15 bulan dan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) 10-12 bulan.

Kerapu kertang merupakan ikan yang mudah dibudidayakan, baik di KJA maupun di tambak, karena ikan ini bersifat euryhaline. Kerapu kertang juga telah dibenihkan secara terkontrol di BBPBL Lampung, sehingga membuka peluang produksi benih secara massal. Dengan demikian, kerapu kertang merupakan salah satu ikan laut prospektif.

3. Belanak

Belanak merupakan salah satu ikan yang ditangkap dan dikonsumsi sejak lama. Ikan ini juga menjadi hasil sampingan dalam budi daya bandeng dan udang secara tradisional. Namun budi daya secara komersial belum diusahakan, termasuk belum ada upaya membenihkan belanak. Berbeda dengan Filipina yang telah membenihkan dan membudidayakan belanak secara besar-besaran. 

Ada dua spesies belanak yang sering ditangkap dan dikonsumsi, yaitu Mugil cephalus dan M. labiosus. Kedua spesies belanak tersebut mencapai ukuran besar, sekitar 35 cm. Sebagai ikan yang mudah dibudidayakan. belanak merupakan salah satu ikan prospektif menjadi ikan budi daya.

4. Kobia

Kobia, cobia, cobias, atau black kingfishes (Rachycentron canadum) merupakan salah satu ikan ekonomis penting Kobia banyak tertangkap di perairan Bali dan sekitarnya. Kobia merupakan ikan dengan pertumbuhan cepat. Kobia merupakan salah satu ikan yang sangat prospektif di kembangkan sebagai ikan budi daya. Ikan ini telah dibenihkan secara terkontrol di BBRPBL Gondol-Bali.

5. Lencam

Ikan yang disebut Lencam (Lethrinus) mempunyai spesies yang banyak. Ikan-ikan lencam mempunyai harga sedang dan merupakan ikan kon sumsi penting. Beberapa spesies mencapai ukuran besar, antara 50-90 cm. Ikan-ikan berukuran besar diekspor dalam bentuk filet.

Budi daya lencam belum berkembang, termasuk belum ada upaya pem benihan secara terkontrol di hatchri. Di beberapa daerah lencam dibudidayakan di KJA dan hampang bersama ikan kakap merah.

6. Titang

Titang, ketang-ketang, atau spotted scat (Scatophagus argus) adalah ikan konsumsi penting. Ikan ini disajikan sebagai ikan bakar atau goreng di rumah makan dan restoran sea food. Produksi ikan ini berasal dari penangkapan di alam, yang dicampur dengan ikan beronang (Siganus) dan ikan kepe-kepe (Chaetodon, Chelmon. Heniochus, Zanclus). Selain dikonsumsi, titang juga merupakan ikan cantik untuk akuarium. Budi daya titang di Indonesia belum berkembang. Pembudi daya beronang sering mencampur titang di dalam KJA dan tambak, sehingga dijual sebagai ikan beronang. Ikan ini potensial menjadi ikan budi daya, karena selain dikonsumsi juga dijadikan ikan hias. 

7. Bawal Bintang

Bawal bintang (Trachinotus blochi) merupakan salah satu ikan bernilai ekonomi penting. Ikan ini mulai dibudidayakan di Batam dan Riau dengan mendatangkan benih dari Malaysia. Harga bawal bintang yang diimpor dari Malaysia mencapai Rp4.000,00/ekor untuk benih yang berukuran 3 cm. Di Malaysia, bawal bintang sudah dibudidayakan secara besar-besaran dengan membesarkan benih dari hatchri.

Bawal bintang merupakan ikan laut yang cukup prospektif dibudidayakan secara besar-besaran. Ikan ini telah berhasil dibenihkan secara terkontrol di Balai Budi Daya Laut (BBL) Batam. Benih bawal bintang yang diproduksi oleh BBL Batam harganya lebih rendah antara Rp1.200,00- Rp1.500,00/ekor untuk benih berukuran 3 cm.

8. Kakap Mata Kucing

Kakap mata kucing (Psammoperca waigiensis) adalah ikan yang sudah lama menjadi ikan konsumsi bersama dengan ikan kakap putih dan kakap merah. Kakap mata kucing berukuran kecil, hanya sekitar 35 cm.

Ikan ini sudah dibudidayakan bersama dengan kakap merah dan ikan ikan karang lainnya. Teknologi pembenihan kakap mata kucing juga sudah dikuasai, namun budi daya belum berkembang sebagaimana budi daya kakap putih dan kakap merah.

9. Tuna

Tuna (Thunnus) merupakan komoditas perikanan laut penting di Indonesia. Tuna hasil tangkapan diekspor dengan pasar utama Jepang. Akhir-akhir ini produksi tuna sulit ditingkatkan dan ukuran ikan yang tertangkap makin kecil, karena ini negara-negara produsen tuna mulai melakukan budi daya tuna.

Jepang adalah negara yang telah menguasai teknologi budi daya ikan tuna secara penuh, dari pemijahan di bak terkontrol hingga pembesaran di laut dan di kolam-kolam buatan. Tahun 2002, Jepang membudidayakan tuna secara penuh (full culture), setelah selama kurang-lebih 32 tahun dilakukan penelitian. Bahkan pada akhir tahun 2007, Laboratorium Riset Perikanan dari Universitas Kinki, membagikan 1.500 ekor anakan tuna sirip biru/southern bluefin run/SBT (Thunnus maccoy) hasil penangkaran laboratorium untuk dibudidayakan oleh perusahaan perusahaan budi daya tuna di Jepang Jepang bertekad menghasilkan tuna 1 juta ton dari hasil budi daya.

Selain Jepang. Australia, Panama, Spanyol, Kroasia, Turki, Amerika Serikat, Mexico, Kanada, Peru, Panama, Italia, Tunisia, Libya, Maroko, Malta. Siprus, Yunani, Libanon Siria, dan Afrika Selatan juga telah mengembangkan budidaya ikan tuna. Australia telah berhasil mengembangkan kultur tuna jenis sirip biru yang merupakan spesies termahal, sejak tahun 1990. Dalam waktu 3 bulan, pembesaran tuna di KJA mencapai ukuran 35-45 kg/ekor. Ekspor tuna kultur mendapat tempat yang cukup baik di pasar Jepang dengan harga jual lima kali lebih tinggi daripada harga tuna tangkapan. Diperkirakan tuna kultur telah menguasai sekitar 20% pasar tuna di Jepang. 

Negara-negara di Kawasan Mediterania dan sekitarnya membudidayakan tuna jenis mothern blutin tuna atau atlantic blufin tuna, Sedangkan Amerika Serikat, Mexico, dan Kanada membudidayakan semua jenis tuna yang hidup di perairannya, yaitu pacific blufin tuna, bigeye tuna, dan yellowfin tuna. Produksinya telah mencapai 4.000 ton atau 10% dari produksi budi daya tuna dunia.

Produksi tuna sirip biru hasil budi daya mengalami peningkatan dari 14.000 ton tahun 2002 menjadi 21.000 ton tahun 2003. Angka ini menunjukkan bahwa hampir dua per tiga dari total tuna sirip biru Atlantik Timur (32.000 ton) dipasok dari hasil budi daya.

Indonesia baru merintis usaha budi daya tuna. Sejak tahun 2003 para ahli perikanan budi daya dari Indonesia dan Jepang bekerja sama meneliti pembudidayaan ikan tuna jenis sirip biru (Thunnus maccoyi) dan tuna sirip kuning/yellowfin tuna (T. albacares) di BBRPBL. Gondol-Bali. Saat ini BBRPBL telah mempunyai 8 ekor induk tuna dan calon induk 2 ekor. Hasil pemijahan telah menghasilkan larva yang mencapai umur 45.

Upaya Indonesia membudidayakan tuna secara penuh (domestikasi, pembenihan terkontrol, dan pembesaran) merupakan yang ketiga di dunia, setelah Jepang dan Panama. Negara-negara lain hanya menangkap benih di alam lalu membesarkannya.

Komentar

Edukasi Terpopuler

Connect With Us

Copyright @ 2023 findira.com, All right reserved